Saturday, September 27, 2014

Arti Sebuah Kelahiran

"Inilah yang kunanti-nantikan, akhirnya ia datang, seperti yang kuharapkan". Mungkin penggalan kalimat itulah yang pertama hatiku "dengar". Kalimat itu terasa secara tanpa sadar hingga sekarang setiap kali aku menatap wajah orang tua itu. aku tidak dapat tersenyum menlihat wajahny, juga aku tidak dapat muram. Karena yang ada dalam pikiranku sejak kecil adalah, rasa penasaran dan rasa ingin bertanya. Bertanya "siapa kau sebenarnya?".  Adalah ia yang selalu menjagaku dari kejauhan, menatap tajam penuh was-was dan kesiapan. Ia, yang jarang tersenyum, bahkan lebih sering menatap dingin mencoba menenangkan hatiku dengan matanya. Ia yang lebih seing mengeluarkan gelegar suaranya saat lari kecilku menjauh dari pandangannya.
 Ia adalah sosok yang selalu kulihat di pagi hari dengan ketangguhan lalu menghilang. Sosok yang tiba saat senja hampir tiba, dan selalu kembali menatapku dalam santapnya.
Pernah ada sebuah cerita yang menceritakan tentang tegak punggungnya berhadapan dengan sesamanya, cerita tentang mata yang menantang untuk suatu kenyataan. Ia, adalah pendamping bagi seorang dewi yang membelaiku semenjak pertama aku dilahirkan, membelai dengan harapan, dengan nyanyian sepinya, membelai dengan kerisauan. Ialah yang menyampaikan berita gembira pada semua tentang sebuah kelahiran, tentang sebuah harapannya, dan tentu saja dendamnya. yang ia angkat didepan semua perusak dan berkata " inilah yang kelak akan kalian hadapi, inilah ujung tombak yang akan merobek kesombongan, yang akan mencabik penghinaan dan berdiri tegak hingga memaksa kalian bertekuk hanya karena tatapannya.

No comments:

Post a Comment